Minggu, 30 November 2008

Diantara Rumah dan Mimbar Rasulullah SAW adalah Taman-taman Sorga

Diantara Rumah dan Mimbar Rasulullah saw adalah Taman-Taman Sorga
Senin, 10 November 2008


قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِي رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ وَمِنْبَرِي عَلَى حَوْضِي (صحيح البخاري

Sabda Rasulullah saw :
“Diantara rumahku dan mimbarku adalah taman-taman sorga, dan mimbarku diatas telaga Haudh” (Shahih Bukhari)



Image Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah, Maha Raja Langit dan Bumi, Maha Menciptakan seluruh alam semesta dari ketiadaan, Maha Membentangkan angkasa raya dengan Kesempurnaan, Maha Berjasa atas setiap kehidupan dengan jasa yang tiada pernah terbayar dengan syukur dan sujud, Maha Suci Allah Swt yang telah membangkitkan kepada kita Sang Pembawa Risalah, Pembawa Kedamaian Dunia, Rahmatan Lil Alamin (Sayyidina Muhammad Saw), Pembawa Ketenangan di dalam kehidupan, Pembawa Kebahagiaan yang mengajar bimbingan terluhur dari segenap bimbingan. Sayyidina Muhammad Saw idolaku dan idola kalian, Sang Pembawa Akhlak Terluhur, manusia yang paling ramah, manusia yang paling bersopan santun, manusia yang paling banyak tersenyum, manusia yang paling indah budi pekertinya, mengajarkan bakti kepada Ayah dan Bunda, mengajarkan bakti kepada tetangga, mengajarkan bakti kepada rumah tangga, mengajarkan bakti kepada keluarga, mengajarkan bakti dan pembawa kedamaian bagi masyarakatnya…, Sayyidina Muhammad Saw.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Cahaya kesucian Allah yang berpijar di dalam jiwa Sang Nabi saw menerangi hamba hamba Nya dengan Alqur’anul karim sebagaimana firman Allah Swt “menyeru ke jalan Allah dengan kehendak Allah dan menjadi pelita yang terang benderang” (QS AL Ahzab 46). Walaupun beliau (Nabi Saw) teah wafat tetapi perjuangan dan bakti beliau dan jasa beliau tetap membekas dari zaman ke zaman di permukaan Barat dan Timur.

Hadirin hadirat,
Sang Pembawa Rahmatnya Allah Swt), kekasihku dan kekasih kalian, idolaku dan idola kalian.., Sayyidina Nabi Muhammad Saw. Allah Swt berfirman : “Demi bintang bila telah berpijar benderang” (QS Annajm 1). Najm adalah bintang yang mempunyai cahaya yang berpijar, Bintang di dalam bahasa arab ada 2 yaitu Najm dan Kawkab. Perbedaan Najm dan Kawkab, Kawkab adalah bintang yang cahayanya adalah pantulan dari cahaya bintang lain, kalau Najm adalah bintang yang bercahaya dengan cahaya sendiri.
Bulan termasuk Kawkab karena tidak bercahaya, namun mengambil cahaya dari matahari, dan matahari termasuk Najm karena berpijar dengan cahaya sendiri.

Allah Swt bersumpah demi bintang yang berpijar dengan keindahan. Sebagaian para ahli tafsir menjelaskan bahwa An Najm ini adalah Sayyidina Muhammad Saw. Ketika sedang berhadapan dengan Rabbul Alamin, sedang dalam puncak kerinduannya kepada Allah, berpijar dengan kerinduan pencipta Nya (Allah Swt). Demi sang bintang yang berpijar dengan cahaya yang indah, yang tentunya sebagian para ulama mengatakan yang dimaksud adalah Nabiyyuna Muhammad Saw karena beliaulah cahaya yang berpijar yang diberi gelar oleh Allah siraajan muniiraa (pelita yang terang benderang). Kalau bintang bintang itu kan akan sirna di hari kiamat terkecuali bintang yang berpijar yaitu kekasih Allah yang tercinta Sayyidina Muhammad Saw. "Beliau (Nabi Saw) itu bukan orang yang tidak mengerti dan bukan pula orang yang menipu"( QS Annajm 2). Dengan kejadian apa? dengan kejadian setiap ucapan dan kalimat kalimatnya yang menyampaikan Alqur’anul karim.

Allah Swt meneruskan firmannya “beliau (Nabi Saw) tidak berbicara dari hawa nafsunya kecuali wahyu yang diwahyukan Allah Swt kepada beliau” (QS Annajm 3).
Kalimat kalimat tersuci yang ada di alam, kalimat kalimat yang teragung yang muncul didalam tuntunan Sang Nabi Saw, yang dengan itu menenangkan hamba Nya, mereka yang dalam kesedihan atau di dalam permasalahan atau di dalam musibah akan tenang dan terus bersabar akan terangkat dari musibahnya dengan segera karena jiwa yang dipenuhi cahaya Sang Pembawa Al Qur’an, jiwa yang dipenuhi cahaya Allah dan Iman dan juga mereka yang dilimpahi kenikmatan dan keluasan tidak menjadi kufur dan sombong. Kenapa? karena ada cahaya iman. "Diajarkan pada beliau (saw) oleh yg dahsyat kekuatannya (jibril as)" (QS Annajm 4), Diajarkan kepadanya (saw), Jibril As yang Allah gelari Shadidul quwaa (dahsyah kekuatannya) Malaikat Jibril As. Yang diberi kemuliaan dan kekuatan oleh Allah Swt yaitu malaikat Jibril As.

Diriwayatkan oleh Imam Ibn Abbas ra di dalam tafsirnya bahwa ketika Jibril As lewat di Masjidil Aqsa melihat iblis dan saat itu iblis itu terkena angin daripada sayapnya Jibril As sehingga iblis itu terlempar sampai ke India. Demikian dahsyatnya kekuatan malaikat Jibril As.
Hadirin hadirat Allah menjelaskan bahwa Al Qur’an ini diturunkan kepada Sang Nabi saw oleh makhluk Nya yang paling kuat yaitu Jibril As diberi kekuatan oleh Allah. Tapi sekuat kuatnya Jibril As, Jibril As tidak mampu berhadapan dengan Allah, terkecuali Sayyidina Muhammad Saw. Dan berjumpa Jibril As dengan Sang Nabi Saw membawa beliau sampai kepada apa? dan disaat itu Sang Nabi Saw diangkat oleh Allah di ufuk agung yang tertinggi. Lantas Sang Nabi Saw mendekat kehadirat Allah Swt. Sedemikian dekatnya, seakan akan dekatnya 2 hasta dengan Rabbul Alamin. (Firman Allah swt : "Pemilik kekuatan sempurna, dan ia (nabi saw) di ufuk yg tinggi, lalu ia mendekat dan mendekat, hingga sangat dekat sejarak dua hasta atau lebih dekat, maka diwahyukan pada hamba Nya (Rasul saw) dari wahyu wahyu Nya, dan sungguh hatinya tak berdusta atas apa apa yg telah dilihatnya, apakah kalian meragukan apa yg dilihatnya?" QS Annajm 5-12), , Sangat dekat makhluk yang paling disucikan Allah Yang Maha Suci sehingga Allah memberikan perumpamaan “seakan akan dekatnya 2 hasta bahkan lebih dekat lagi”. Diwahyukanlah kepada hamba Nya apa apa yang ingin diwahyukannya oleh Allah. Sang kekasih, sanubari mulia itu tidak berdusta atas apa yang diucapkannya.
Imam Ibn Abbas ra di dalam tafsirnya menukil salah satu pendapat bahwa Nabi saw tidak melihat Allah dengan matanya tetapi melihat Allah dengan sanubari dan jiwanya.
karena kekuatan jiwa dan sanubari lebih tajam dari kekuatan penglihatan. Kekuatan penglihatan terbatas tetapi kekuatan jiwa dan sanubari jauh lebih tajam menangkap perjumpaan yang demikian agungnya dengan Rabbul Alamin. Penglihatan bisa berkedip dan terpejam tapi jiwa dan sanubari tidak berkedip.
Demikian pendengaran, demikian panca indera ada batasnya tetapi kemuliaan jiwa dan sanubari jauh lebih tajam. Oleh sebab itu Sang Nabi saw berhadapan dengan Allah dengan jiwanya. Kalau seandainya berhadapan dengan jiwa dan sanubarinya maka seluruh panca inderanya sudah pasti berhadapan,
demikian Al Imam Ibn Abbas menjelaskan di dalam tafsirnya. Beliau (Nabi Saw) melihat Allah dengan jiwanya dan itu telah terangkum dengan seluruh panca indera beliau. Apakah kalian masih meragukan apa apa yang dilihat Sang Nabi saw. Demikian agungnya penjumpaan Sang Nabi saw dengan Allah di malam yang suci itu dan ternyata keberkahan bukan hanya sampai disitu, justru itu adalah salah satu awal kebangkitan munculnya ajaran kedamaian di muka bumi. Kembalilah Sang Nabi saw ke muka bumi di dalam perjuangannya menegakkan Rahmat Lil Alamin. Tugas utama Sang Nabi Saw adalah Rahmatan Lil Alamin.

Sampailah kita kepada hadits mulia ini yang memberi kejelasan bahwa walaupun beliau sudah tidak berada di tengah tengah kita di dalam kehidupannya tapi mimbar beliau dan rumah beliau, apa apa yang ada diantara mimbar dan rumah beliau masih tetap taman taman surganya Allah Swt.

"Apa apa yang ada diantara mimbarku dan rumahku adalah taman taman surga". Menunjukkan bekas perjuangan beliau (Nabi Saw) tidak pernah sirna. Oleh sebab itu Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani didalam kitabnya Fathul Bari bisyarah Shahih Bukhari menjelaskan bahwa makna dari hadits ini adalah pendapat mereka yang mengatakan bahwa raudhah itu yang ada di Masjid Nabawiy antara mimbar dan kubur beliau itu yang disebut raudhah. Tempat itu lebih afdhal, dari Makkah Al Mukarramah ada sebagian pendapat yang mengatakan demikian tapi yang diluar itu tentunya adalah Masjid Al Haram lebih afdhal. Karena apa? karena ada haditsnya yang menjelaskan bahwa raudhah itu adalah taman taman surga.
Al Imam Ibn Hajar mengatakan sebagian ulama menjelaskan raudhah itu kelak akan dimunculkan oleh Allah dan dipindahkan di dalam surganya Allah Swt. Dan mimbarku berada diatas telaga haudh. Namun kesimpulan daripada hadits ini bahwa perjuangan Sang Nabi Saw tidak akan sirna dan keberkahan akan terus maju. Bagi mereka mereka yang ingin meneruskan perjuangan beliau (Nabi Saw) kemenangan akan selalu menjelang..

Sebagaimana riwayat Shahih Bukhari, Rasul Saw bersabda “tidak akan ada habis habisnya kelompok dari umatku ada yang terus muncul diantara umatku berdakwah (pada kebenaran) mereka tidak akan sirna sampai sampai di hadapan Allah Swt”. Demikian mulianya kelompok ini, dijamin oleh Sang Nabi saw tetap ada dan membawa kedamaian.

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Oleh sebab itu walaupun kerusakan yang terus terjadi diantara umat dan masyarakat kita. Munculnya narkoba yang semakin dahsyat dan segala hal yang bersifat munkar, ini semua pasti akan terbenahi jika muncul muncul kelompok kelompok yang ingin membenahi umat dengan kedamaian dan dengan rahmatan lil alamin. Ini akan terbenahi.

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, semoga Allah Swt mengelompokkan majelis kita diantara mereka yang disabdakan oleh Sang Nabi Saw “tidak akan ada habis habisnya kelompok dari umatku akan terus ada, yang terus membawa tuntunanku dan bimbinganku, yang mneruskan perjuangan akhlak beliau, yang meneruskan sunnah beliau, yang meneruskan kedamaian yang dibawa oleh beliau”.

Inilah hari pahlawan kita. Hadirin hadirat,
mereka nenek moyang kita, kakek kakek kita berjuang dengans senjata apa adanya, Allah Swt berikan kemenangan karena kekuatan niatnya. Karena perjuangan merekalah kita bisa terlepas dari para penjajah dan tentunya kita tidak mau pisah dengan mereka begitu saja. Kita ingin bersatu dan bersama mereka dalam satu perjuangan thaifah ba’da thaifah. Generasi demi generasi dan sebelumnya dan sebelumnya sampai kepada generasi Sayyidina Muhammad Saw.

Ya Rahman Ya Rahim kuatkan jiwa kami untuk selalu bersatu dalam niat dengan para syuhada kami, dengan para pahlawan kami yang telah melewati dan menjadikan bumi Indonesia ini bersatu dalam kemakmuran dan kedamaian, Rabbiy Ya Rahman Ya Rahim mereka telah mengorbankan harta dan nyawanya demi mengusir para penjajah, demi mengusir para pengkhianat yang mendatangi bangsa kita, maka Rabbiy muliakan arwah mereka bersama syuhada dan muqarrabin. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram Ya Dzaththauli wal in’am
dan jadikan kami para penerus perjuangan mereka membawa kedamaian khususnya di bumi Jakarta dan juag wilayah sekitar. Ya Rahman Ya Rahim teruslah berikan bimbingan dan bantuan kepada kami untuk terus mendapatkan keberhasilan didalam membenahi masyarakat di sekitar kami, di dalam membenahi kedamaian, di dalam membenahi akhlak para pemuda kami.
Ya Dzaljalali wal ikram Ya Dzaththauli wal in’am kami telah mendengar sabdamu (Nabi Muhammd Saw) bahwa antara mimbar dan rumah beliau adalah taman taman surga karena tempat itu selalu dilewati oleh perjuangan beliau. Jadikan jiwa kami sebagai taman taman surga. Ya Rahman Ya Rahim dengan kecintaan kepada Nabi kami Muhammad Saw, dengan niat kami untuk terus meneruskan perjuangan akhlak beliau, perjuangan sunnah beliau, Ya Rahman Ya Rahim pastikan kami berada di dalam kelompok yang disabdakan oleh Sang Nabi Saw “tiada henti hentinya sekelompok dari umatku terus ada dari generasi ke generasi membawa kedamaian bagi masyarakat di muka bumi. Pastikan kami diantara mereka Ya Rabb Ya Dzaljalali wal ikram

jadikanlah Rabbiy malam ini malam terindah dalam kehidupan kami, inilah malam doa kami, demi semangat para pahlawan dan syuhada kami Rabbiy, mereka yang telah wafat dan arwah mereka telah berada di dalam kemuliaan, tambahkan kemuliaan mereka dan juga atas kami Ya Rabbiy Ya Rahman Ya Rahim jangan Kau pecah belahkan kami, jangan Kau hancur leburkan bangsa kami, satukan kami dalam satu kalimat muia, didalam kalimat tauhid, didalam keluhuran, didalam kedamaian, didalam kebahagiaan. Ya Rahman Ya Rahiim limpahkan keberkahan bagi kami, limpahkan atas kami kebahagiaan dunia dan akhirat. Jadikanlah musim hujan yang akan datang membawa rahmat, jangan Kau jadikan musim hujan ini membawa musibah dan jadikan pula kemarau jika akan datang membawa rahmat dan jangan Kau jadikan pula musibah. Ya Dzaljalali wal ikram jadikan setiap nafas kami rahmat, jadikan hari hari kami limpahan anugerah, jadikan siang dan malam kami di limpahi kebahagiaan, limpahkan kemuliaan bagi Ayah Bunda kami dan bagi para pahlawan kami. Mereka Rabbiy, bagi Ayah Bunda kami yang masih hidup limpahkan keberkahan dalam hidupnya, Ayah Bunda kami yang telah wafat muliakan mereka bersama para muqarrabin dan para shidiqqin. Ya Rahman Ya Rahiim Ya Dzaljalali wal ikram Ya Dzaththauli wal in’am

Hadirin hadirat kita berdoa sambil memanggil Nama Allah Yang Maha Luhur dan jadikanlah dalam setiap kalimat itu, doa doamu dan harapanmu kepada Allah Swt dan Insya Allah tiada satupun doa yang kita panjatkan terkecuali dikabulkan oleh Allah Swt. Dengan keberkahan majelis dzikir, dengan Keagungan Nama Allah, dengan Kebesaran dan Cahaya Nama Allah Swt mintalah cahaya kedamaian dan kebahagiaan sepanjang hidup, mintalah cahaya kemegahan dunia dan akhirat, mintalah cahaya kebahagiaan terbit pada hari harimu dan tiada pernah terbenam.
Panggillah Nama Allah Swt sebagaimana firmannya “Ingatlah kalian kepada Allah maka Allah akan mengingat kalian"(QS Al Baqarah 152), dan "Dzikirlah dan sebutlah Nama Allah dengan sebutan yang banyak”(QS Al Ahzab 41). Dan “barangsiapa yang mencintai sesuatu, akan banyak menyebutnya”. Maka jadikanlah kau di kelompok orang yang mencintai Allah Swt, Rabbiy Rabbiy kami telah mendengar hadits qudsi dari NabiMu Muhammad Saw, dari firmanMu Rabbiy Yang Maha Luhur, “sudah kupastikan kasih sayang Ku bagi mereka yang saling berdzikir dan saling bersilaturahmi karena Aku dan saling menyayangi dan bersatu karena Aku, Kupastikan atas mereka kasih sayanKu” kata Allah. Pastikan atas kami kasih sayangMu Ya Rabb, pastikan atas kami cahaya kasih sayangMu Rabbiy yang dengan itu menerbitkan tuma’ninah dan kebahagiaan didalam hari hari kami.

Ya Allah…, Ya Allah…, Ya Allah…, Ya Allah …..

Ya Rahman Ya Rahiim hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, selagi engkau menyebut Nama Allah satu kali engkau lebih dekat kepada Allah Swt, semakin dekat kepada Allah dan semakin jauh dari musibah dan semakin jauh dari cobaan dan semakin jauh dari hambatan karena Dialah Yang Maha Meluaskan segala galanya, mintalah kehadiratNya Yang Maha Melimpahkan Keluasan dan Kebahagiaan, semoa dilimpahkan bagi kita keluasan dunia dan akhirat.

Faquuluuu (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah.. Ya Allah.. Ya Allah.. Ya Allah..

Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah

Washallallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jumat, 28 November 2008

Seruan Allah SWT Di Sepertiga Malam Terakhir

Ditulis Oleh: admin II
Thursday, 27 November 2008
Seruan Allah SWT Di Sepertiga Malam Terakhir
Senin, 24 November 2008


قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ (صحيح البخاري

Sabda Rasulullah saw :
“Tuhan kita Yang Maha Luhur dan Maha Agung turun setiap malam kepada langit dunia ketika sepertiga malam terakhir, seraya menyeru : Adakah yang menyeru Ku maka Aku akan menjawab untuknya, adakah yang memohon pada Ku maka Aku akan memberinya, adakah yang beristighfar pada Ku maka akan Kuampuni untuknya” (Shahih Bukhari)



Image Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah, Maha Raja Tunggal dan Abadi, Maha Menguasai Cahaya Keindahan, Cahaya Kasih Sayang bagi segenap hamba Nya. Nurrahman (Cahaya Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang). Disebut Cahaya karena selalu menuntun kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, yang menuntun dan membimbing hamba hamba Nya menuju kesejahteraan dan kebahagiaan yang kekal. Dialah Allah Swt, Cahaya Kasih Sayang terbesar dari semua yang memiliki sifat kasih sayang. Oleh sebab itu Sang Nabi saw selalu berdoa dengan mengakhiri doanya (Nabi Saw) Ya Arhamar Rohiimin (Wahai Yang Maha Berkasih Sayang melebihi semua yang mempunyai sifat kasih sayang) Dialah Allah Swt.

Hadirin hadirat, jika kau renungkan tiadalah satu ucapan huruf bisa kita sebutkan terkecuali itu datang dari kasih sayang Allah. Tiadalah kita bisa melihat, mendengar, bergerak dan hidup diatas bumi ini yang milik Allah terkecuali dari Kasih Sayang Illahi. Pengingkaran, kekufuran dan dosa dosa terus mengalir tetapi Dia (Allah Swt) Maha Bersabar siang dan malam.

Sebagaimana kita dengar munajat yang tadi dibaca dan dilantunkan dari Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Abdullah bin Alawi Al Haddad. Ya Illahi wa Maliki anta ta’lam kaifa haliy (Wahai penciptaku, yang memiliki diriku, Kau Maha Tahu akan keadaanku), Wa bima qad halla qalby min humumi wasytighaliy (dari apa yang mengguncang jiwaku dari kegundahan dan dari kealpaan dan dari hal hal yang lainnya, Kau Yang Maha Tahu Wahai Yang Memiliki diriku, Sang Pemilik dari setiap yang hidup, Dialah Allah Swt. Sang Penguasa bagi mereka yang ada di bentangan alam semesta adalah Allah Jalla wa Alla, Maha Sempurna dan Maha Abadi.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Setiap gerak gerik kenikmatan yang kita lakukan sampai setiap nafas kita, inilah ciri Kasih Sayang Allah kepada kita yang tidak akan diberikan dan tidak mampu diberikan oleh makhluk satu sama lainnya terkecuali Allah Sang Maha Pencipta.
Hadirin hadirat, beruntung jiwa yang mengingat Allah, beruntung bibir yang menyebut Nama Allah, beruntung alam pemikiran yang memikirkan keagungan Ilahi.

Hadirin hadirat, sampailah kita kepada Hadits Qudsi, dimana Sang Nabi Saw bersabda menceritakan firman Allah riwayat Shahih Bukhari “Yanzilu Rabbuna tabaaraka wa ta’ala fi tsulutsullailil akhir…” (Allah itu turun ke langit yang paling dekat dengan bumi pada sepertiga malam terakhir).
Maksudnya bukan secara makna yang dhohir Allah itu ke langit yang terdekat dg bumi, karena justru hadits ini merupakan satu dalil yang menjawab orang yang mengatakan bahwa Allah Swt itu ada di satu tempat atau ada di Arsy. Karena apa? kalau Allah itu sepertiga malam turun ke langit yang paling dekat dengan bumi, kita mengetahui bahwa sepertiga malam terakhir itu tidak pergi dari bumi tapi terus kearah Barat. Disini sebentar lagi masuk waktu sepertiga malam terakhir misalnya, Lalu sepertiga malam terakhir itu akan terus bergulir ke Barat, berarti Allah terus berada di langit yang paling dekat dengan bumi. Tentunya rancu pemahaman mereka.

Yang dimaksud adalah Allah itu senang semakin dekat, semakin dekat, semakin dekat kepada hamba hamba Nya disaat sepertiga malam terakhir semakin dekat Kasih Sayang Allah. Allah itu dekat tanpa sentuhan dan jauh tanpa jarak. Berbeda dengan makhluk, kalau dekat mesti ada sentuhan dan kalau jauh mesti ada jarak. “Allah laysa kamitslihi syai’un” (QS Assyura 11) (Allah tidak sama dengan segala sesuatu).

Allah Swt turun mendekat kepada hamba Nya di sepertiga malam terakhir maksudnya Allah membukakan kesempatan terbesar bagi hamba hamba Nya di sepertiga malam terakhir.
Sepertiga malam terakhir kira kira pukul 2 lebih dinihari.., kalau malam dibagi 3, sepertiga malam terakhir kira kira pukul 2 lebih, sampai sebelum adzan subuh itu sepertiga malam terakhir, waktu terbaik untuk berdoa dan bertahajjud.
Disaat saat itu kebanyakan para kekasih lupa dengan kekasihnya. Allah menanti para kekasih Nya. Sang Maha Raja langit dan bumi Yang Maha Berkasih Sayang menanti hamba hamba yang merindukan Nya, yang mau memisahkan ranjangnya dan tidurnya demi sujudnya Kehadirat Allah Yang Maha Abadi. Mengorbankan waktu istirahatnya beberapa menit untuk menjadikan bukti cinta dan rindunya kepada Allah.

Hadirin hadirat, maka Allah Swt berfirman (lanjutan dari hadits qudsi tadi) “Man yad u’niy fa astajibalahu” (siapa yang menyeru kepada Ku maka aku akan menjawab seruannya). Apa maksudnya kalimat ini? maksudnya ketika kau berdoa disaat itu Allah sangat….,. sangat… ingin mengabulkannya untukmu. “Man yasaluniy fa u’thiyahu” (barangsiapa diantara kalian adakah yang meminta pada Ku maka Aku beri permintaannya). Seseorang yang bersungguh sungguh berdoa di sepertiga malam terakhir sudah dijanjikan oleh Allah ijabah (terkabul). Kalau seandainya tidak dikabulkan oleh Allah berarti pasti akan diberi dengan yang lebih indah dari itu. “Wa man yastaghfiruniy fa aghfira lahu” (dan siapa yang beristighfar mohon pengampunan pada Ku disaat itu, akan Kuampuni untuknya). Betapa dekatnya Allah di sepertiga malam terakhir. Hadirin hadirat, disaat saat itu orang orang yang mencintai dan merindukan Allah pasti dalam keadaan bangun dan pasti dalam keadaan berdoa.

Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari “manusia yang paling khusyu’ (Sayyidina Muhammad Saw) didalam tahajjudnya beliau berdoa “Allahumma lakal hamdu antanurrussamawati wal ardh, Allahumma lakal hamdu anta qayyimussamawati wal ardh, Wa lakal hamdu anta rabbussamawati wal ardh””.

“Allahumma lakal hamdu antanurrussamawati wal ardh” (Wahai Allah bagi Mu puji – pujian yang indah, Engkaulah Cahaya langit dan bumi, yang Maha Menerangi langit dan bumi dengan kehidupan, kesempurnaan dan kemegahannya). Cahaya langit dan bumi, Dialah Allah. “Allahumma lakal hamdu anta qayyimussamawati wal ardh” (Wahai Allah bagi Mu puji – pujian yang indah, Engkaulah yang Membangun langit dan bumi). “Wa lakal hamdu anta rabbussamawati wal ardh” (dan untuk Mu puji – pujian, Engkaulah yang Memelihara langit dan bumi). Jika kita dalami ini sangat indah makna kalimat ini “Memelihara langit dan bumi”. Setiap sel yang merangkai manusia, merangkai hewan, merangkai tumbuhan, merangkai bentuk seluruh sel itu mempunyai kehidupan dan membutuhkan nafkah,makanan dan minumannya dan oksigennya dan kehidupannya dan pengaturannya. Siapa yang memeliharanya? Allah Swt.

“Rabbussamawati wal ardh” (Yang Memelihara langit dan bumi) Yang Mengatur matahari terbit dan terbenam, Yang Mengatur turunnya hujan dan tidak ada manusia yang mampu mengurangi setetes air hujan yang akan turun ke permukaan bumi. Allah jadikan hujan itu rahmat turun di permukaan bumi, Allah jadikan penghapusan dosa bagi mereka yang terkena musibah sebab hujan, Allah jadikan juga hujan itu “sa’atulijabah” (waktu yang diijabah) sebagaimana sabda Sang Nabi saw “indahu…” (disaat turun hujan itu doa doa dikabulkan oleh Allah), maka berdoalah. Banyak turun hujan, banyak doa dikabulkan. Lalu bagaimana dengan datangnya musibah?, Belasan hadits riwayat Shahih Bukhari dan Shahih Muslim bahwa “seluruh musibah bagi muslimin muslimat adalah penghapusan dosa baginya”. Jadi musibah itu penghapusan dosa tanpa istighfar.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,

Demikian indahnya Sang Nabi saw melewati malam malam dan tentunya bukan hanya beliau tapi diteruskan oleh umat tha’ifah ba’da thaifah, (kelompok demi kelompok), generasi demi generasi sampai kita mengingat bagaimana Al Imam Assajjad Ali Zainal Abidin Ibn Husein Ibn Ali bin Abi Thalib radiyallahu anhum wa karamallahu wajhah. Ketika Al Imam Thawus datang ke Masjidil Haram di sepertiga malam terakhir, mau sholat di dekat Hijr Ismail, dilihat sudah ada orang sholat disitu. Siapa yang sholat tengah malam begini? ruku’, sujud, ruku’, sujud tidak habis habisnya. Ternyata setelah ia perhatikan Imam Ali Zainal Abidin Assajjad. Dikenal Assajjad karena ia sujud setiap malamnya sebanyak 1000X sujud, terkenal dengan sholat malam sebanyak 500 rakaat. Oleh sebab itu dikenal dengan “Assajjad” (orang yang banyak bersujud). Imam Thawus lihat terus Imam Ali Zainal Abidin. Selesai dari sholat sunnah yang demikian dahsyat dan hebatnya, ia bermunajat. Imam Thawus mendengar munajat yang lirih dari doa Al Imam Ali Zainal Abidin, ia tajamkan pendengarannya. Apa sih yang diucapkan imam ini? Imam Ali Zainal Abidin bermunajat “Abduka bi finaa’ik, miskiinuka bi finaaik, faqiiruka bi finaaik, saailuka bi finaaik,” (hamba ini berada di hadapan Mu Wahai Allah, si miskin dihadapan Mu, si fakir berada di hadapan Mu, si pengemis berada di hadapan Mu). Mengemis kepada Allah, miskin di hadapan Allah, Maha Membutuhkan Anugerah dari Allah. Demikian indahnya doa Imam Ali Zainal Abidin Assajjad. Imam Thawus mendengar, ia terus mengulang ulang doa itu. Terus diulang oleh Imam Ali Zainal Abidin. Imam Thawus berkata “tidaklah aku setelah itu, mau berdoa dengan doa apa saja kalau diawali dengan doa Imam Ali Zainal Abidin pasti Allah kabulkan doaku”. Demikian indahnya doa dari jiwa yang suci.

Putra beliau Al Imam Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin Assajjad ketika putranya yaitu Sayyidina Imam Ja’far AshShodiq semasa kecilnya mendengar Ayahnya kalau di sepertiga malam terakhir melakukan sholat yang sedemikian panjang dan lama. Imam Muhammad Al Baqir berdiri bagaikan patung lamanya tidak bergerak di dalam sholatnya, terus di dalam lantunan firman firman Allah dan di dalam tasbih, ruku’ dan sujud. Sedemikian lamanya sampai seakan akan patung karena lamanya tidak bergerak dari panjangnya menikmati bacaan sholat malamnya. Selesai sholat ia pun berdoa dengan doa yang dihafal oleh anaknya ini “Amartaniy falam a’tamir, wa nahaytaniy falam anzajir, haa ana abduka bayna yadayk, mudznibun mukhthi’un, falaa a’tadzir”. Alangkah indahnya doa ini. “Kau beri aku perintah wahai Allah tapi banyak yang tidak kulakukan”. Siapa yang bicara? Imam Muhammad Al Baqir (putra Imam Ali Zainal Abidin, putra Sayyidina Husein, putra Sayyidatuna Fatimah Azzahra, cucunya Rasulullah Saw). Disebut Al Baqir karena ia orang yang sangat luas ilmunya. Imam Malik dan Imam Abu Hanifah mengambil sanad dari Imam Muhammad Al Baqir. Demikian hadirin hadirat, ia berkata “banyak perintah yang Kau berikan padaku wahai Allah dan aku tidak melakukannya dan aku tidak taat. Banyak hal yang sudah Kau larang tapi masih juga ada yang kulanggar larangan Mu, inilah aku sekarang di hadapan Mu Wahai Allah, banyak dosa, banyak salah, dan aku mengaku banyak dosa dosa dan aku tidak mengelak dari dosa dosaku. Memang aku seorang pendosa”. Demikian hebatnya khusyu’ Al Imam Muhammad Al Baqir ibn Ali Zainal Abidin Ibn Husein radiyallahu anhum.

Putranya pun demikian Imam Ja’far Ashshodiq alaiha rahmatullah, beliau itu kalau sudah berdoa tidak mau putus dari munajatnya sampai nafasnya sendiri yang kehabisan nafas. Beliau pun juga memanggil Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..sampai habis nafasnya baru berhenti. Lalu diganti Nama Allah dengan yang lainnya Ya Rahman..Ya Rahman..demikian malam malam mereka.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Kenapa mereka terus bertahan menikmati saat saat itu karena mereka merasakan kenikmatan besar. Karena Allah memberi keledzatan bagi mereka yang mau menjumpai Kasih Sayang Allah disaat itu.
Hadirin hadirat, Allah Swt berfirman di dalam hadits qudsi riwayat Shahih Bukhari “Ana ‘inda dhonni ‘abdihii” (Aku bersama persangkaan hamba Ku). Maksudnya apa? jika hamba Ku ingin dekat pada Ku, Aku lebih ingin dekat padanya, jika hamba Ku ingin pengampunan Ku maka Aku lebih ingin melimpahkan pengampunan untuknya. “Wa ana ma’ahu idza dzakaranii” (Aku bersama hamba Ku jika hamba Ku mengingat Ku, kata Allah). Demikian dekatnya Rabbul Alamin kepada hamba hamba Nya yang mungkin banyak berbuat dosa, memang Dialah (Allah Swt) Yang Maha Dekat dari semua yang dekat.

Tadi kita dengar munajat Hujjatul Islam Al Imam Abdullah bin Alawi Al Haddad seraya berkata “Ya Qariban ya mujiban ya a’liman ya sami’an” (Wahai Yang Maha Dekat, Wahai Yang Maha Menjawab, Wahai Yang Maha Mengetahui, Wahai Yang Maha Mendengar). Allah Swt menjawab bukan dengan suara tapi menjawab dengan takdir Nya yang indah. Seseorang bermunajat dan berdoa kepada Allah, tidak mendengar jawaban Allah. Tentunya jawaban Allah lebih agung dari sekedar suara. Jawaban dari Allah bagi mereka yang berdoa adalah rahmat Nya yang jauh lebih luhur daripada sekedar suara.
Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, “Ya ‘aliiman ya samii’an” (Wahai Yang Maha Mengetahui, Wahai Yang Maha Mendengar).

Kembali ke hadits qudsi tadi “ketika hamba Ku mengingat Ku didalam dirinya maka Aku mengingat hamba Ku didalam diri Ku, ketika hamba Ku mengingat Ku di tempat yang ramai, Aku mengingat hamba Ku dihadapan para malaikatul muqorrobin”. “wa in taqarraba ilayya bi syibrin taqarrabtu ilaihi dzira’aa” (ketika hamba Ku mendekat pada Ku satu jengkal, Aku dekat padanya satu hasta), “wa in taqarraba ilayya dziraa’an taqarrabtu ilaihi baa’aa” (jika hamba Ku mendekat pada Ku satu hasta, Aku mendekat padanya satu depa), “wa in ataani yamsyii ataytuhu harwalah” (jika ia datang dengan melangkah, Aku datang dengan bergegas, kata Allah). Apa maksudnya? kembali seperti yang tadi, bukan Allah itu berjalan mendekat dan lain sebagainya. Maksudnya setiap keinginanmu yang ingin dekat dengan Allah, Allah menjawabnya lebih dekat dari apa yang kau inginkan. Ketika kau mencintai dan merindukan Allah, Allah lebih mencintai dan merindukanmu. Jika ia datang pada Ku dengan melangkah, Aku datang dengan bergegas. Apa maknanya? Jika kau ingin dekat dengan Allah, ingin dicintai Allah, ingin rindu kepada Allah, Allah menjawabnya dengan bersemangat dan lebih dari keinginanmu. Demikianlah Yang Maha Indah yang selalu indah hamba hamba Nya yang memahami keindahan Ilahi dengan keindahan dunia dan akhirat.

Seraya berfirman di dalam hadits qudsi riwayat Shahih Bukhari “Aku siapkan untuk hamba hamba Ku yang shalih apa apa yang belum pernah dilihat mata, apa yang belum pernah didengar telinga dan apa yang belum pernah terlintas didalam benak semua alam pemikiran”. Apa maksudnya Allah menyampaikan ini? Maksudnya Allah mengundang kita untuk masuk ke dalam kelompok shalihin. Ini disiapkan untuk hamba Ku yang shalih. Allah sebutkan demikian agar bangkit keinginan hamba Nya untuk ingin bersama orang orang yang shalih pun jika kita tidak mampu mencapai derajat para shalihin paling tidak selalu mencintai para shalihin dan beruntunglah mereka yang mencintai Sayyidina Muhammad Saw wa barak ‘alaih.

Orang yang paling mencintai Allah, Nabiyyuna Muhammad Saw. Rahmatan Lil Alamin, Muhammad Rasulullah. Orang yang paling tidak tega melihat umatnya padahal beliau paling benci dengan dosa. Kalau diseluruh dunia ini manusia benci dengan dosa, yang paling benci dengan dosa adalah Nabi Muhammad Saw. Paling benci dengan maksiat tapi beliau juga yang paling perduli kepada para pendosa. Tidak ada yang lebih perduli terhadap para pendosa dari manusia melebihi Nabiyyuna Muhammad Saw.
Ketika umatnya berdatangan dan mereka dihalau dari Sang Nabi Saw, seraya berkata “kenapa mereka dihalau?”, “ya Rasulullah mereka berubah, berbuat dosa setelah kau wafat”. Maka Rasul saw berkata “biarkan mereka pergi.., kemanapun mereka mau pergi, silahkan!! Celaka orang yang berubah setelah aku wafat”.

Maka umatnya mencari syafa’at kepada Nabi Adam, Nabi Musa, Nabi Ibrahim dan semua Nabi menolak. Kembali lagi kepada Nabi Muhammad saw dan beliau tidak tega. Tadi beliau sudah mengusir tapi ketika mereka kembali karena tertolak oleh semua orang, muncul sifat tidak tega beliau. Beliau berkata Ana Lahaa (akulah yg akan membantu masalah kalian) ini para pendosa, tidak ada lagi yang mau membela di hadapan Allah, tidak ayahnya, tidak ibunya, tidak kekasihnya, tidak keluarganya”. Siapa berani membela pendosa? bayarannya adalah api neraka. Maka Beliau saw pun datang Kehadirat Allah dan bersujud “wahai Allah umatku..umatku..”, Allah berikan syafa’at bagimu wahai Muhammad, beri syafa’at orang yang akan kau beri syafa’at.

(…………………hb munzir terdiam sesaat dan mengalirkan airmata dan kehilangan kata kata………)

Hadirin hadirat saya tidak perlu berpanjang lebar atas kasih sayang Nabi Muhammad Saw terhadap kita. Renungkan betapa indahnya idola kita, budi pekertinya dan beliau itu ciptaan Allah yang terindah.

Kita bermunajat kepada Allah Swt Semoga Allah menerangi jiwa kita dengan cahaya kebahagiaan dan cahaya khusyu’, Rabbiy terangi jiwa kami dengan cahaya Nama Mu Yang Maha Luhur, pastikan semua wajah kami yang hadir akan melihat keindahan Dzat Mu di yaumal qiyamah, pastikan seluruh wajah kami yang hadir tidak akan melihat api neraka selama lamanya, pastikan kami semua yang hadir dalam husnul khatimah, pastikan semua yang hadir Kau limpahkan kesuksesan dan keberhasilan dunia dan akhirat.
Wahai Yang Maha Membagi bagikan kebahagiaan sepanjang waktu dan zaman, limpahkan atas semua kami yang hadir kebahagiaan yang milik Mu tanpa batas dunia dan akhirat.

Ya Rahman Ya Rahiim Ya Dzaljalali wal Ikram tidak lupa kami berdoa agar Kau hentikan dan Kau cukupkan musibah yang terus turun daripada hujan yang terus mendera muslimin. Ya Rahman Ya Rahiim Ya Dzaljalali wal Ikram kami mengadukan keadaan kami Wahai Yang Memiliki Kami, Wahai Yang Memiliki Bumi dan Langit, Wahai Yang Memiliki panca indera kami, Wahai Yang Mengetahui dimana kami akan pulang dan kami akan berpisah selain Mu, berpisah dengan semua kekasih, berpisah dengan semua teman, berpisah dengan semua harta dan jabatan. Tinggallah Engkau Yang Maha Tunggal.

Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..

Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah

Washallallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kamis, 27 November 2008

Masihkah engkau Berharap

Masihkah engkau Berharap

Oleh Mashadi

Ia tertunduk menangis. Air matanya tiada henti. Bathinnya terus dipenuhi kegelisahan. Gelisah atas nasibnya. Di mana harapan tercurah kepada Rabbnya. Ungkapannya tak pernah berhenti. Ia selalu menanyakan hakekat dirinya. Masih adakah maghfirah? Masih adakah kasih sayang? Masih adakah tempat yang layak bagi dirinya di akhirat nanti? Masih adakah kemuliaan yang akan menyertainya nanti?

Uwais al-Qarni adalah tokoh para ahli ibadah. Ia adalah pemimpin para ahli zuhud. Hidupnya hanya disibukkan dengan ibadah. Perhatiannya hanya tercurah kepada Khaliqnya. Uwais beruntung dapat bertemu dengan al-Faruq, Umar Ibn Khaththab. Bahkan, suatu ketika Umar meminta agar didoakan oleh Uwais. “Apakah orang sepertiku berhak memohonkan ampunan orang semisal dirimu, wahai Amirul Mu’minin?”, ucap Uwais. “Sekarang, mohonkanlah ampunan untukku”, sambut Umar.

Di tengah terik padang pasir yang terasa, Uwais pergi ke Kufah. “Engkau hendak ke mana?”, tanya Khalifah Umar radhiyallahu ‘anhu. “Aku hendak ke Kufah”, jawab Uwais. “Tidakkah aku terlebih dahulu menulis surat kepada gubernur Kufah tentang dirimu”, sela Umar. “Aku lebih senang berada di tengah-tengah rakyat jelata”, tegas Uwais.

Lelaki shaleh itu menempuh perjalanan panjang ke Kufah. Di tengah panasnya gurun pasir. Tanpa ditemani siapapun. Kecuali seekor unta. Perjalanan panjang. Menambah kuat hatinya. Menepiskan semua kecintaan kepada dunia. Di tengah-tengah padang pasir, yang sangat luas, dan terpaan angin yang keras, menyebabkan ia menjadi orang sangat bertawakal. Sampailah di Kufah. Sebuah kota yang sejuk dengan lebatnya tanaman kurma. Di sepanjang mata memandang, di sela-selanya hanya melihat pemandangan pohon kurma, yang lebat. Sungguh indah.

Hari demi hari yang indah. Ia menjalani kehidupan bersama-sama dengan rakyat di sekitarnya. Ia mengajar dan mendidik orang di sekitar Kufah. Nasihat-nasihatnya mendapatkan perhatian. Ucapannya lembut, penuh kejujuran dan keikhlasan. Di tengah majelisnya itu ada seorang yang bernama Asir bin Jabir. Ia sangat tersentuh dengan ucapan Uwais, sehingga ia sangat mencintainya. Dan, Asir selalu hadhir setiap majelis yang dihadiri oleh Uwais rahimahullah.

Suatu ketika Uwais tak nampak. Orang-orang yang ada di majelis itu menjadi bertanya- tanya. Asir ikut gelisah. Di mana Uwais hari itu tak hadhir. Lalu, ia menanyakan kepada orang-orang yang ada di majelis itu. “Tahukah anda laki-laki yang suka ceramah?, tanya Asir. Kemudian, yang ditanya menjawab: “Ya. Aku tahu. Dia adalah Uwais al-Qarni”, jawab orang itu. “Engkau tahu rumahnya?”, tanya Asir. “Ya”, jawab orang itu. “Kalau begitu aku antarkan ke rumah Uwais”, tambah Asir kepada mereka. Maka, Asir disertai orang-orang yang ada di majelis itu, bergegas menuju rumah Uwais.

Di saat mereka datang. Uwais menyambut mereka. Lelaki shaleh itu keluar dari rumahnya dan menyambut para tamu. “Wahai saudaraku! Mengapa engkau tidak datang ke majelis kita?”, tanya Asir dan orang-orang itu. “Aku tidak ada baju”, jawab Uwais. “Kalau begitu, ambillah pakaian ini!”, ujar Asir. “Jangan! Nanti mereka mencemoohku”, jawab Uwais. Memang, orang yang tidak tahu, suka menghina dan mencelanya. Namun, Uwais keluar dengan pakaian itu.

Orang-orang yang melihat Uwais memakai pakaian itu, berkata: “Siapakah orang yang bisa kamu tipu itu!”. Mendengar ucapan itu, Uwais mendatangi Asir seraya berkata: “Benar kan kataku!”, ujar Uwais. Menyaksikan peristiwa itu, Asir marah kepada orang-orang itu. Di tenggah kemarahan itu Asir berkata: “Apakah yang kalian inginkan dari pria ini. Kalian telah menghinanya! Seorang laki-laki yang kadang punya pakaian, dan kadang tidak punya pakaian”, cetus Asir. Begitulah orang yang dihina itu, tak lain, adalah Uwais, yang ahli zuhud, dan pemimpin para ahli ibadah, bahkan Umar radhillahu ‘anhu meminta didoakannya.

Kala sendirian, Uwais al-Qarni rahimahullah terus beribadah kepada Allah Ta’ala. Sehingga, memperlihatkan suatu keajaiban. Ibadahnya sangat kuat dan khusyu’, tunduk dan ikhlas. Manakala sore datang menjelang malam, Uwais bin Amir al–Qarni berkata: “Ini adalah malam ruku’ku”. Ia pun lalu ruku’ sampai subuh. Pada malam yang lain, ia berkata: “Ini adalah malam untuk sujudku”. Ia pun lalu sujud sampai subuh. Bila petang datang Uwais rahimahullah menyedekahkan makanan, pakaian, dan berkata: “Ya Allah. Barangsiapa yang mati karena kelaparan, janganlah Engkau menyiksaku karenanya. Siapa saja yang mati dalam keadaan tidak memiliki pakaian, janganlah Engkau menghukum aku karenanya”, ungkap Uwais.

Kemurahan Uwais bukanlah karena ia kaya atau banyak memiliki harta, melainkan kemurahan orang yang miskin. Sungguh, suatu kemurahan yang indah. Kemuruhan yang tinggi, dari seorang ahli zuhud, yaitu Uwais al-Qarni. Dan, kezuhudan itu bertingkat-tingkat. Al-Qamah bin Martsad, berkata: “Kezuhudan itu berakhir sampai delapan (orang). Di antaranya adalah Uwais al-Qarni”, ujar Al-Qamah.

Uwais telah menthalak dunia dengan thalak yang tidak dapat ruju kembali.Uwais rahimahullah adalah seorang imam dalam zuhud, imam dalam wara’, imam dalam ibadah, imam dalam hikmah, dan imam dalam delapan ketaqwaan. Ia mencapai derajad yang luhur dengan ilmu dan amalnya.

Kezuhudannya dan kewara’an sang imam ini sampai membuatnya tidak pernah segan mengambil makanan dari tempat sampah, lalu ia membersihkannya, sebagian dimakan atau disedekahkannya. Apabila, ia mendatangi tempat sampah, lalu anjing menggonggong, ia berkata: “Makanlah yang ada didekatmu dan aku akan menyantap yang ada didepanku! Jika aku berhasil melintasi jembatan ‘shirat’ (di hari kiamat), berarti aku lebih baik darimu. Sebaliknya, manakala aku gagal melaluinya, engkau lebih baik dari diriku”, gumam Uwais.

Uwais sebagai hamba tetap gelisah. Menangis. Tertunduk dihadapan Rabbnya. Takut tidak mendapat tempat yang layak. Takut tidak mendapat manghfirah-Nya. Takut tidak dapat menemui Rabbnya dengan amal shaleh dan dihinakan-Nya. Padahal, Uwais seorang ahli ibadah, imam para orang-orang yang zuhud dan wara’.

Bagaimana orang-orang yang hidupnya penuh dengan gelimang dosa. Tapi, tak pernah merasa berdosa. Bahkan terus menumpuk-numpuk perbuatan dosa, yang tak terhitung. Bagaimana mereka ketika dihadapan Rabbnya kelak?

Wallahu ‘alam.

SYAIR DARI LUKMANUL HAKIM

SYAIR DARI LUKMANUL HAKIM

Yaa Man Bidunyaahu Isytaghol

Qod Ghorrohu Thuulul Amal

Aw Lam Yazal Fii Ghoflah

Hatta Danaa Minhul Ajal

Almautu Ya’tii Baghtah

Walqobru Shunduuqul ‘Amal

Ishbir ‘Alaa Ahwaaliha

Laa Mauta Illaa Bilajal

Wahai orang yg sibuk dengan masalah dunianya

sungguh panjang angan-angan telah memperdayainya

Atau ia senantiasa berada di dalam kelalaian

Hingga ajal dekat dengannya

Kematian itu datang dengan tiba-tiba

Sedangkan kubur itu adalah petinya amal

Bersabarlah atas segala keadaan kubur itu

Tidak ada kematian kecuali dengan datangnya ajal

Dari Kitab Nashoihul ‘Ibad

Rabu, 26 November 2008

Ada 3 Hal yang menimpa umat Rosulullah SAW diakhir Zaman




"saya'ti zamanii a'la ummatii yafirruna minal ulama wal fuqoha fayabtaliyahum bi tsalatsati baliyatin awwaluha yarfa'ullaha min kasbihim wa tsani yusalith bisultonan dzoliman wa tsani yakhruju minaddunya bi ghoiri iman . ( al-hadist aw kama qola rasulallah saw)

Hadist ini di kutip dari kitab "NASHOIHUL IBAD" bahwasannya Baginda Rasul Bersabda:

Akan datang(asal mula kata ya'ti fiil mudhori' terdapat sin tanpis didalamnya jadi maknanya akan datang tidak akan lama sin tanpis ini menunjukan makna zaman yg akan datang tapi tidak akan lama)suatu zaman kepada umatku kabur dari pada ulama dan ahli2 fiqih(maksudnya jauh,atau menghindar dari ulama/tak menjalankan syari'at),maka Allah menurunkan balahi-balahi/bencana/musibah dengan tiga balahi ,
1. diangkatnya/dihilangkan keberkahan kasabnya/usaha/kerjaan.
2.akan di pimpin oleh peminpin yang dzolim
3. keluar dari dunia ini/meninggal tanpa membawa iman (nau'dzubillahi min dzalik)

NB:
Mudah2an kita semua khususnya saya dan umumnya yg tahu akan hadist ini dan juga yang baca hadist ini terhindar dari yg 3 hal tersebut.Dan selalu menjalankan syari'at supaya kita semua di golongkan hamba2 Allah yg bertaqwa(menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya).Mustahil kita bisa menjalankan ketaqwaan kepada Allah swt tanpa didasari dengan ilmu ,untuk itu marilah kita sama2 senantiasa menambah2 pengetahuan agama supaya bisa menerangi jalan dan jika jalan itu terang maka kita tak akan tersesat, belajar agam dengan kita mempunyai guru baik itu seorang kyai,ajengan,abuya,atau ustadz tidak bisa kita otodidak mengenai masalah agama dengan kedekatan kita dengan alim ulama maka insya allah keberkahan selalu bersama kita.

yang saya takutkan mungkin saat inilah zaman yg di maksud Rasulallah saw jika dilhat dari keadaan negeri ini bangsa ini banyak pemimpin2 yang dzolim pejabat2 yg korupsi .
sebab apa yg di katakan Rasul itu benar adanya Rasul mempunyai sifat ASSHIDDIQ=BENAR/JUJUR dan mustahil BERDUSTA.

Senin, 24 November 2008

TINGKATAN-TINGKATAN HAMBA ALLAH

TINGKATAN HAMBA ALLOH SWT

Setiap manusia yang beriman kepada Alloh SWT pasti menginginkan disebut sebagai hamba Alloh yang mengabdikan dirinya kepada Alloh dengan cara beribadah kepadaNya, yakni melaksanakan perintahNya dan menjauhi apa yang dilarangNya.

Tingkatan seorang hamba dihadapan Alloh menurut tinjauan ilmu Tashowuf ada lima tingkatan yaitu:

1.

Ghofil (Ghofilin), yaitu orang yang beribadah kepada Alloh sambil ghoflah hatinya tidak ingat kepada Alloh, hatinya tidak ikut beribadah, tidak merasa dilihat oleh Alloh, melainkan asik mengikuti perasaan yang ada. Sementara anggota badannya menghadap dalam pengabdian kepada Alloh, sedangkan hatinya mengembara ke segala arah, ingat itu, ingat ini, misalnya tubuh bersujud sementara hati berada di kantor atau di pasar sedang melayani pelanggan.

2.

Murid (Muridin), Yaitu seorang hamba yang sedang meniti jalan kepada Alloh (Amaliyah), baik berupa ibadah mahdloh maupun ghoir mahdloh, yakni beribadah dengan cara meniti perintah Alloh dan menghindari segala apa yang dilarang oleh Alloh dengan harapan mendapatkan keridloan dari Alloh SWT, singkatnya, adalah hamba yang senantiasa mengusahakan dirinya selalu berada dalam hal fardlu atau sunnah paling tidak ada dalam mubah, tidak melihat bentuk pekerjaan baik itu Pedagang, Petani, Guru atau Pemimpin dan lain sebagainya. Semua bentuk pekerjaan itu dikaitkan kepada mardlotillah, kalaulah selesai mengerjakan pekerjaan itu juga di kembalikan kepada Alloh.

"Maka ketika telah selesai dari suatu pekerjaan, maka kembalilah kepada Alloh, dan hanyalah kepada tuhanmu kamu mengharap." (QS:Al-Insyiroh : 6-7)

Orang yang telah menginjak level/tingkatan Muridin, menurut kitab Sulam Taufiq sudah dikatakan waliyullah, sebab yang dinamakan wali adalah :

"Orang yang terus-menerus Taat", yang tidak pernah putus beribadah kepada Alloh, baik ibadah mahdloh atau goir mahdloh.

Orang yang sudah berada dalam tingkatan Muridin pasti akan dibukakan jalan oleh Alloh, yaitu jalan untuk menuju kebahagian dunia dan akhirat, sebagaimana janji Alloh dalam dalam surat Al-Ankabut : 69.

"Dan adapun orang-orang yang berjihad dijalan kami, maka kami akan menunjukan kepadanya jalan-jalan kami , dan sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang baik."

3.

Salik (Salikin), yaitu orang yang sedang beribadah kepada Alloh, baik ibadah mahdloh atau ghoir mahdloh, tak ada bedanya seperti muridin, hanya saja salikin ini mengharap diberi kema'rifatan, ingin bisa ma'rifat kepada Alloh, ya'ni orang yang sedang berjalan/berusaha menuju kema'rifatan kepada Alloh dengan jalan Taqorrub, yaitu melaksanakan perintah Alloh dan menjauhi larangan Nya. Pendek kata, ibadahnya orang Salikin ingin mendapatkan kema'rifatan, oleh karena itu ia selalu sibuk dan berusaha utuk mendapatkan kema'rifatan, dengan cara bayak berdzikir, baik :

· · Dzikir lisan saja.

· · Dzikir lisan dengan hatinya.

· · Dzikir hatinya saja.

· · Dzikir jiwanya.

· · Dzikir hati sanubarinya.

Tetapi seseorang tidak bisa mencapai maqom salikin kalau belum benar dalam Muridin, sebab bisa tercapai maqom salikin kalau sudah sempurna syariatnya dan siap ilmunya, lalu ia mengusahakan dirinya mencapai kema'rifatan. Kalaupun seseorang bersikeras ingin mendapatkan kema'rifatan tanpa menyiapkan ilmunya walaupun syariatnya dilaksanakan dengan sempurna, maka ia tidak akan mencapai kema'rifatan dan tak akan diberikan.

4.

Washil (Washilin), yaitu : orang yang sudah sampai ke tingkatan Ma'rifat, baik dengan menggunakan jalan syari'at menuju kema'rifatan seperti halnya Muridin, atau tidak, seperti mendapatkan kema'rifatan melalui Tanazzul (langsung diberi kema'rifatan tanpa mengusahakan). Oleh karena sinar kema'rifatan yang sudah di miliki dengan sempurna, maka hatinya bulat bahwa beribadah hanya karena Alloh, tak ada maksud dan tujuan selain mendapat Mardlotillah.

5.

Arif (Arifin), yaitu : orang yang sudah ma'rifat dan lupa akan syari'at, atau dengan kata lain sudah Mahjub.

Adapun perbedaan 'Arif dan Washil yaitu : Wasil walaupun ia telah mencapai kema'rifatan tapi ia tidak menghilangkan syari'at, dirinya masih tetap menjalankan syari'at. Adapun 'Arif mencapai maqom ma'rifat tapi lupa akan syari'at, saking tingginya sinar kema'rifatan hingga ia tak bisa melihat makhluq, yang tercipta dan terbayang hanyalah Kholiq, adapun makhluq tidak terperhatikan, perasaannya di dunia ini tidak ada siapa-siapa kecuali dirinya dan Alloh.

Orang yang seperti ini disebut wali majdub, yang prilakunya bukan untuk ditiru oleh manusia biasa, ucapannya bukan untuk diikuti, sabab sudah tidak terkendalikan okeh hukum, tapi bukan berati salah tapi sudah berbeda maqom dan kedudukannya, kalaulah diberi langsung oleh Alloh menjadi Majdub itu baik, tapi kalau mengusahakan diri itu haram.

Foto Galerry

1.








2.








3.








4.








5.










6.








7.










8.







9.








10.








11.









1. Panitia Maulid Nabi SAW yang terdiri dari IPP Senior dan Junior
2. Ustadz Syahruddin Arsyad memberikan tausiyyah Wattaujiihaat
3. Ustadz Lukmanul Hakim memberikan Mau'idzotullhasanah
4. Panitia Maulid Nabi SAW
5. Santunan Anak Yatim
6. Ziarah Ke lengkong
7. Acara Anak Yatim Dimasjid Miftahul Jannah
8. Anggota IPP Senior & Junior
9. Acara Maulid Di Rumah Ust. Ahmad Fitriyadi
10. Para Pengajar / Ustadz
11. Anggota IPP Senior



































Sabtu, 22 November 2008

Kandungan Rattibul haddad

Rabu, 2008 September 17

Kandungan Rattibu Haddad

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Kalau kita perhatikan, hampir semua isi kandungan ratib Al-Haddad ini berisi ayat-ayat Quran yang memang telah disunnahkan untuk sering dibaca. Dan juga terdapat dzikir-dzkikir yang ma'tsur dengan dilandasi dengan hadits yang shahih.

Sehingga menurut Habib Mundzir, untuk membaca ratib Al-Haddad ini tidak perlu lagi dapat 'ijazah', atau izin dari seorang ulama. Sebab semua berisi ayat dan hadits shahih.

Berbeda dengan ratib lainnya, ada yang mesti harus ada ijazahnya. Perlunya ijazah ini karena masih belum bisa dijamin keshahihan atau kebenaran lafadz yang terdapat di dalam gubahan dan rangkaian doa di dalamnya.

Ibarat cetakan mushaf Al-Quran, Departemen Agama RI biasanya menyematkan tanda tashih yang berarti isi cetakannya sudah diteliti dengan benar dan dijamin tidak ada kesalahan dalam penulisan.

Ijazah dari seorang ulama atas suatu teks ratib kira-kira berfungsi demikian juga, yaitu untuk memastikan tidak adanya teks yang bertentangan dengan akidah atau pun syariah.

Isi Kandungan Ratib Al-Haddad

1. Surat Al-Fatihah

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. ماَلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ إِيِّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِّيْنَ. آمِيْنِ

Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani. Segala puji bagi Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbir sekalian alam. Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani. Yang Menguasai hari Pembalasan hari Akhirat). Engkaulah sahaja Ya Allah) Yang Kami sembah, dan kepada Engkaulah sahaja kami memohon pertolongan. Tunjuklah kami jalan yang lurus. Iaitu jalan orang-orang yang Engkau telah kurniakan nikmat kepada mereka, bukan jalan) orang-orang yang Engkau telah murkai, dan bukan pula jalan) orang-orang yang sesat.

Tidak ada seorang pun yang meragukan fadhilah atau keutaman membaca surat Al-Fatihah ini. Bahkan surat ini juga dinamakan surat 'Ruqyah' berdasarkan hadits yang shahih yang terdapat di dalam Shahih Bukhari, bab Ma yu'tha firruqyati 'ala ahya'il arab bi fatihatil kitab hadits no. 2276 dan juga dalam Shahih Muslim kitabus salam bab jawazu akhdzil ujrah 'alarruqyati bil quran wal-adzkar no. 65.

2. Ayat Kursi

Ratib ini kemudian diteruskan dengan membaca ayat Kursi yang terkenal itu.

اَللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّموَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَآءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ العَلِيُّ العَظِيْمُ.

Allah, tiada Tuhan melainkan Dia, Yang Tetap hidup, Yang Kekal selama-lamanya. Yang tidak mengantuk usahkan tidur. Yang memiliki segala yang ada di langit dan di bumi. Tiada sesiapa yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya melainkan dengan izin-Nya. Yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari ilmu Allah melainkan apa yang Allah kehendaki. Luasnya Kursi Allah meliputi langit dan bumi; dan tiadalah menjadi keberatan kepada Allah menjaga serta memelihara keduanya. Dan Dialah Yang Maha Tinggi, lagi Maha Besar. QS. Al-Baqarah: 255)

Tentang keutamaan kita membaca ayat kursi ini, setidaknya ada 99 hadits yang menerangkan fadhilahnya. Di antaranya ialah untuk menolak syaitan, benteng pertahanan, melapangkan fikiran dan menambahkan iman.

3. Ayat-ayat Penghabisan Surat Al-Baqarah

Setelah itu ratib ini diteruskan dengan membaca ayat-ayat penghabisan dari surat Al-Baqarah:

آمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّه وَالْمُؤْمِنُوْنَ كُلٌّ آمَنَ بِاللهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْناَ وَأَطَعْناَ غُفْراَنَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ.

Rasulullah telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga orang-orang yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya. Katakan): “Kami tidak membezakan antara seorang rasul dengan rasul-rasul yang lain." Mereka berkata lagi: Kami dengar dan kami taat kami pohonkan) keampunanMu wahai Tuhan kami, dan kepadaMu jualah tempat kembali” QS Al-Baqarah 285)

Diriwayatkan daripada Abu Mas'ud al-Badri r.a katanya: Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Dua ayat terakhir dari surah al-Baqarah, memadai kepada seseorang yang membacanya pada malam hari sebagai pelindung dirinya.

لاََ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآ إِنْ نَسِيْنَآ أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنآ أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْناَ عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

Allah tidak memberati seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya. Ia mendapat pahala atas kebaikan yang diusahakannya, dan ia juga menanggung dosa atas kejahatan yang diusahakannya. Mereka berdoa dengan berkata), "Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau mengirakan kami salah jika kami lupa atau kami tersalah. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau bebankan kepada kami bebanan yang berat sebagaimana yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang yang terdahulu daripada kami. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak terdaya memikulnya. Dan maafkanlah kesalahan kami, serta ampunkanlah dosa kami, dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah Penolong kami; oleh itu, tolonglah kami untuk mencapai kemenangan terhadap kaum-kaum yang kafir” QS Al-Baqarah Ayat 286)

Dari Muslim, diriwayatkan daripada Abdullah ibn Abbas r.a.: Apabila Jibril sedang duduk dengan Rasulullah s.a.w., dia mendengar bunyi pintu di atasnya. Dia mengangkat kepalanya lalu berkata: “Ini ialah bunyi sebuah pintu di syurga yang tidak pernah dibuka.” Lalu satu malaikat pun turun, dan Jibril berkata lagi, “Ia malaikat yang tidak pernah turun ke bumi” Malaikat itu memberi salam lalu berkata, “Bersyukurlah atas dua cahaya yang diberi kepadamu yang tidak pernah diberi kepada rasul-rasul sebelummu-“Fatihat al-Kitab dan ayat penghabisan Surah al-Baqarah”. Kamu akan mendapat manfaat setiap kali kamu membacanya.

4. Dikir

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.

Tiada Tuhan Melainkan Allah, Yang satu dan tiada sekutu bagi- Nya. Bagi-Nya segala kekuasaan, dan bagi-Nya segala pujian. Dialah yang menghidupkan dan yang mematikan, dan Dia sangat berkuasa atas segala sesuatu

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah SAW berkata, “Siapa yang membaca ayat ini seratus kali sehari, pahalanya seperti memerdekakan sepuluh orang hamba, Seratus kebajikan dituliskan untuknya dan seratus keburukan dibuang darinya, dan menjadi benteng dari gangguan syaitan sepanjang hari.”HR Bukhari, Muslim dan Malik)

5. Lafadz Al-Baqiyaushshalihat

سٌبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اْللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ.

Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah Tuhan Yang Maha Besar.

Dari Samurah ibn Jundah bahwa Rasulullah s.a.w bersabda: Zikir-zikir yang paling dekat di sisi Allah adalah empat, yaitu tasbih, takbir, tahmid dan tahlil, tidak berbeda yang mana aturannya apabila engkau berzikirullah. HR Muslim)

6. Tasbih

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحاَنَ اللهِ الْعَظِيْمِ.

Maha suci Allah segala puji khusus bagi-Nya, Maha suci Allah Yang Maha Agung

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Dua zikir yang mudah di atas lidah tetapi berat pahalanya dan disukai oleh Allah ialah: 'SubhanAllah al-Azim dan 'SubhanAllah wa bihamdihi.”HR Bukhari)

7. Minta Ampun dan Tobat

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْ

Ya Allah ampunlah dosaku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.

Dalilnya adalah beberapa ayat Quran berikut ini:

“Dan hendaklah engkau memohon ampun kepada Allah; karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.QS. Surah 4: An-Nisa’; Ayat 106: )

Juga Surah 11: Hud; Ayat 90

8. Shalawat Kepada Nabi SAW

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ.

Ya Allah, cucurkan selawat ke atas Muhammad, Ya Allah, cucurkan selawat ke atasnya dan kesejahteraan-Mu.

Dalilnya sangat banyak yang menganjurkan kita untuk bershalawat kepada Nabi SAW, di antaranya ayat berikut ini:

Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya berselawat ke atas Nabi; wahai orang-orang yang beriman berselawatlah kamu kepadanya serta ucapkanlah salam dengan penghormatan yang sepenuhnya. QS. Al-Ahzab: 56)

Dari Abdullah bin Amr berkatabahwa RAsulullah SAW bersabda: “Orang yang bershalawat kepadaku sekali, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali. HR Muslim)

9. Minta Perlindungan kepada Allah

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّآمَّاتِ مِنْ شَرِّمَا خَلَق

Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya.

Rasulullah SAW bersabda: “Sesiapa yang membaca doa ini tiga kali, tiada apa-apa malapetaka akan terjatuh atasnya.” HR Abu Dawud dan Tirmizi, )

بِسْـمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُـرُّ مَعَ اسْـمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي الْسَّمَـآءِ وَهُوَ الْسَّمِيْـعُ الْعَلِيْـمُ.

Dengan nama Allah yang dengan nama-Nya tiada suatu pun, baik di bumi mahupun di langit dapat memberi bencana, dan Dia Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui.

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Hamba-hamba Allah yang membaca doa ini pada waktu pagi dan petang tiga kali, tiada apa jua kesakitan akan dialaminya.” HR Ibn Hibban)

10. Menyatakan Keridhaan Kepada Allah, Islam dan Muhammad

رَضِيْنَـا بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْـلاَمِ دِيْنـًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيّـًا

Kami redha Allah sebagai Tuhan kami, Islam sebagai Agama kami dan Muhammad sebagai Nabi kami.

11. Basmalah

بِسْمِ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْخَيْرُ وَالشَّـرُّ بِمَشِيْئَـةِ اللهِ.

Dengan Nama Allah, segala pujian bagi-Nya, dan segala kebaikan dan kejahatan adalah kehendak Allah.

Rasulullah s.a.w. bersabda: Wahai Abu Hurairah, bila kamu keluar negeri untuk berniaga, bacakan ayat ini supaya ia membawa kamu ke jalan yang benar. Dan setiap perbuatan mesti bermula dengan ‘Bismillah’ dan penutupnya ialah “Alhamdulillah”.

12. Taubat

. آمَنَّا بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ تُبْناَ إِلَى اللهِ باَطِناً وَظَاهِرًا.

Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, dan kami bertaubat kepada Allah batin dan zahir.

Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kamu kepada Allah dengan “Taubat Nasuha”. Diriwayatkan oleh Ibn Majah: Rasulullah bersabda: Orang yang bertaubat itu adalah kekasih Allah. Dan orang yang bertaubat itu ialah seumpama orang yang tiada apa-apa dosa.” (QS At-Tahrim: 8)

يَا رَبَّنَا وَاعْفُ عَنَّا وَامْحُ الَّذِيْ كَانَ مِنَّا..

Ya Tuhan kami, maafkan kami dan hapuskanlah apa-apa dosa) yang ada pada kami.

Dan hendaklah engkau memohon keampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.” (QS. An-Nisa’: 106)

13. Minta Dimatikan dalam Keadaan Muslim

ياَ ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْراَمِ أَمِتْناَ عَلَى دِيْنِ الإِسْلاَمِ.

Wahai Tuhan yang mempunyai sifat Keagungan dan sifat Pemurah, matikanlah kami dalam agama Islam.

14. Minta Dihindari dari Orang Zhalim

ياَ قَوِيُّ ياَ مَتِيْـنُ إَكْفِ شَرَّ الظَّالِمِيْـنَ..

Wahai Tuhan yang Maha Kuat lagi Maha Gagah, hindarkanlah kami dari kejahatan orang-orang yang zalim.

صْلَحَ اللهُ أُمُوْرَ الْمُسْلِمِيْنَ صَرَفَ اللهُ شَرَّ الْمُؤْذِيْنَ

Semoga Allah memperbaiki urusan kaum muslimim dan menghindarkan mereka dari kejahatan orang-orang yang suka menggangu.

Diriwayatkan oleh Abu Darda’ bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tiada seorang mukmin pun yang berdoa untuk kaumnya yang tidak bersamanya, melainkan akan didoakan oleh Malaikat, “Sama juga untukmu”.

15. Menyebut Nama-nama Allah

يـَا عَلِيُّ يـَا كَبِيْرُ يـَا عَلِيْمُ يـَا قَدِيْرُ يـَا سَمِيعُ يـَا بَصِيْرُ يـَا لَطِيْفُ يـَا خَبِيْرُ.

Wahai Tuhan Yang Maha Mulia, lagi Maha Besar, Yang Maha Mengetahui lagi Sentiasa Sanggup, Yang Maha Mendengar lagi Melihat. Yang Maha Lemah-Lembut lagi Maha Mengetahui

“Katakanlah wahai Muhammad), "Serulah nama “Allah” atau “Ar-Rahman”, yang mana sahaja kamu serukan; kerana Allah mempunyai banyak nama yang baik serta mulia. Dan janganlah engkau nyaringkan bacaan doa atau sembahyangmu, juga janganlah engkau perlahankannya, dan gunakanlah sahaja satu cara yang sederhana antara itu." (QS. Bani Israil: 110)

ياَ فَارِجَ الهَمِّ يَا كَاشِفَ الغَّمِّ يَا مَنْ لِعَبْدِهِ يَغْفِرُ وَيَرْحَم

Wahai Tuhan yang melegakan dari dukacita, lagi melapangkan dada dari rasa sempit. Wahai Tuhan yang mengampuni dan menyayangi hamba-hamba-Nya.

Dari Anas ibn Malik: “Ketika saya bersama Rasulullah s.a.w., ada seseorang berdoa, “Ya Allah saya meminta kerana segala pujian ialah untuk-Mu dan tiada Tuhan melainkan-Mu, Kamulah yang Pemberi Rahmat dan yang Pengampun, Permulaan Dunia dan Akhirat, Maharaja Teragung, Yang Hidup dan Yang Tersendiri”. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Dia berdoa kepada Allah menggunakan sebaik-baik nama-nama-Nya, Allah akan memakbulkannya kerana apabila diminta dengan nama-nama-Nya Allah akan memberi. (HR Abu Dawud)

16. Minta Ampunan

أَسْتَغْفِرُ اللهَ رَبَّ الْبَرَايَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ مِنَ الْخَطَاياَ

Aku memohon keampunan Allah Tuhan Pencipta sekalian makhluk, aku memohon keampunan Allah dari sekalian kesalahan.

“Dan hendaklah engkau memohon keampunan daripada Allah; sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.” (QS. An-Nisa’: 106)

“Dan mintalah keampunan Tuhanmu, kemudian kembalilah taat kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Mengasihani, lagi Maha Pengasih” (QS. Hud: 90)

17. Tahlil

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ

Tiada Tuhan Melainkan Allah

Kalimah “La ilaha illallah” ini adalah kunci syurga.

Diriwayatkan oleh Abu Dzar bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah tidak membenarkan seseorang masuk ke neraka jikalau dia mengucapkan kalimah tauhid ini berulang-ulang kali.

18. Shalawat

مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّفَ وَكَرَّمَ وَمَجَّدَ وَعَظَّمَ وَرَضِيَ اللهُ تَعاَلَى عَنْ آلِ وَأَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ، وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ بِإِحْسَانٍ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَعَلَيْناَ مَعَهُمْ وَفِيْهِمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ..

Muhammad Rasulullah, Allah Mencucurkan Selawat dan Kesejahteraan keatasnya dan keluarganya. Moga-moga dipermuliakan, diperbesarkan, dan diperjunjungkan kebesarannya. Serta Allah Ta'ala meredhai akan sekalian keluarga dan sahabat Rasulullah, sekalian tabi'in dan yang mengikuti mereka dengan kebaikan dari hari ini sehingga Hari Kiamat, dan semoga kita bersama mereka dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Pengasih daripada yang mengasihani.

19. Membaca Tiga Surat

سْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ هُوَ اللهُ أَحَـدٌ. اَللهُ الصَّمَـدُ. لَمْ يَلِـدْ وَلَمْ يٌوْلَـدْ. وَلَمْ يَكُـنْ لَهُ كُفُـوًا أَحَـدٌ

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah wahai Muhammad): “Dialah Allah Yang Maha Esa; Allah Yang menjadi tumpuan segala permohonan; Ia tidak beranak, dan Ia pula tidak diperanakkan; Dan tidak ada sesiapapun yang sebanding dengan-Nya.

Dari Abu Sa’id al-khudri; seseorang mendengar bacaan surah al-Ikhlas berulang-ulang di masjid. Pada keesokan paginya dia datang kepada Rasulullah s.a.w. dan sampaikan perkara itu kepadanya sebab dia menyangka bacaan itu tidak cukup dan lengkap. Rasulullah s.a.w berkata, “Demi tangan yang memegang nyawaku, surah itu seperti sepertiga al-Quran!” Dari Al-Muwatta', diriwayatkan oleh Abu Hurairah; Saya sedang berjalan dengan Rasulullah s.a.w, lalu baginda mendengar seseorang membaca surah al-Ikhlas. Baginda berkata, “Wajiblah.” Saya bertanya kepadanya, “Apa ya Rasulallah?” Baginda menjawab, “Syurga” Wajiblah syurga bagi si pembaca itu). (HR Bukhari)

بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ، مِنْ شَرِّ ماَ خَلَقَ، وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ، وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ، وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَد.

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah wahai Muhammad); “Aku berlindung dengan Tuhan yang menciptakan cahaya subuh, daripada kejahatan makhluk-makhluk yang Ia ciptakan; dan daripada kejahatan malam apabila ia gelap gelita; dan daripada ahli-ahli sihir) yang menghembus pada simpulan-simpulan ikatan; dan daripada kejahatan orang yang dengki apabila ia melakukan kedengkiannya”.

Dari Aisyah r.a katanya: Rasulullah s.a.w biasanya apabila ada salah seorang anggota keluarga baginda yang sakit, baginda menyemburnya dengan membaca bacaan-bacaan. Sementara itu, ketika baginda menderita sakit yang menyebabkan baginda wafat, aku juga menyemburkan baginda dan mengusap baginda dengan tangan baginda sendiri, kerana tangan baginda tentu lebih banyak berkatnya daripada tanganku.

بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ، مَلِكِ النَّاسِ، إِلَهِ النَّاسِ، مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ، اَلَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِي صُدُوْرِ النَّاسِ، مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ..

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah wahai Muhammad): “Aku berlindung dengan Tuhan sekalian manusia. Yang Menguasai sekalian manusia, Tuhan yang berhak disembah oleh sekalian manusia, Dari kejahatan pembisik penghasut yang timbul tenggelam, Yang melemparkan bisikan dan hasutannya ke dalam hati manusia, dari kalangan jin dan manusia”.

Dari Abu Sa’id al-Khudri; Nabi Muhammad s.a.w selalu meminta perlindungan daripada kejahatan jin dan perbuatan hasad manusia. Apabila surah al-falaq dan an-nas turun, baginda ketepikan yang lain dan membaca ayat-ayat ini saja. (HR Tirimizy)

20. Mengirim Pahala Bacaan Surat Al-Fatihah

Salah satu di antara perbedaan pendapat para ulama adalah tentang apakah pahala bacaan Quran bisa ditransfer kepada orang lain yang sudah wafat.

Dalam hal ini kami pernah menjawab sebelum, silahkan periksa jawaban kami di: http://www.eramuslim.com/ustadz/qrn/6915100351-bertanya-mengenai-transfer-pahala.htm

Rupanya penyusun ratib Al-Haddad ini termasuk kalangan yang meyakini dibenarkannya pengiriman pahala bacaan Quran kepada orang yang sudah wafat. Sebagai bagian dari khilaf para ulama, maka hal ini seharusnya bisa kita terima secara wajar.

Maka pada bagian akhir dari rangkaian dzikir yang disusunnya, ada pengiriman pahala untuk orang-orang tertentu.

اَلْفَاتِحَةَ إِلَى رُوحِ سَيِّدِنَا الْفَقِيْهِ الْمُقَدَّمِ مُحَمَّد بِن عَلِيّ باَ عَلَوِي وَأُصُولِهِمْ وَفُرُوعِهِمْ وَكفَّةِ سَادَاتِنَا آلِ أَبِي عَلَوِي أَنَّ اللهَ يُعْلِي دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّةِ وَيَنْفَعُنَا بِهِمْ وَبِأَسْرَارِهِمْ وَأَنْوَارِ هِمْ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْياَ وَالآخِرَةِ..

Bacalah Al-fatihah kepada roh Penghulu kita al-Faqih al-Muqaddam, Muhammad ibn Ali Ba’alawi, dan kepada asal-usul dan keturunannya, dan kepada semua penghulu kita dari keluarga bani ‘Alawi, moga-moga Allah tinggikan darjat mereka di syurga, dan memberi kita manfaat dengan mereka, rahasia-rahasia mereka, cahaya mereka di dalam agama, dunia dan akhirat.

اَلْفَاتِحَةَ إِلَى أَرْوَاحِ ساَدَاتِنَا الصُّوْفِيَّةِ أَيْنَمَا كَانُوا فِي مَشَارِقِ الأَرْضِ وَمَغَارِبِهَا وَحَلَّتْ أَرْوَاحُهُمْ - أَنَّ اللهَ يُعْلِي دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّةِ وَيَنْفَعُنَا بِهِمْ وَبِعُلُومِهِمْ وَبِأَسْرَارِهِمْ وَأَنْوَارِ هِمْ، وَيُلْحِقُنَا بِهِمْ فِي خَيْرٍ وَعَافِيَةٍ. 28

Bacalah al-fatihah kepada roh-roh Penghulu kita Ahli Ahli Sufi, di mana saja roh mereka berada, di timur atau barat, moga moga Allah tinggikan darjat mereka di syurga, dan memberi kita manfaat dengan mereka, ilmu-ilmu mereka, rahsia-rahsia mereka, cahaya mereka, dan golongkan kami bersama mereka dalam keadaan baik dan afiah.

اَلْفَاتِحَةَ إِلَى رُوْحِ صاَحِبِ الرَّاتِبِ قُطْبِ الإِرْشَادِ وَغَوْثِ الْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ الْحَبِيْبِ عَبْدِ اللهِ بِنْ عَلَوِي الْحَدَّاد وَأُصُوْلِهِ وَفُرُوْعِهِ أَنَّ اللهَ يُعْلِي دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّة وَيَنْفَعُنَا بِهِمْ وَأَسْرَارِهِمْ وَأَنْوَارِهِمْ بَرَكَاتِهِمْ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْياَ وَالآخِرَةِ

Bacalah fatihah kepada roh Penyusun Ratib ini, Qutbil-Irshad, Penyelamat kaum dan negaranya, Al-Habib Abdullah ibn Alawi Al-Haddad, asal-usul dan keturunannya, moga moga Allah meninggikan darjat mereka di syurga, dan memberi kita manfaat dari mereka, rahsia-rahsia mereka, cahaya dan berkat mereka di dalam agama, dunia dan akhirat.

اَلْفَاتِحَة إِلَى كَافَّةِ عِبَادِ اللهِ الصّالِحِينَ وَالْوَالِدِيْنِ وَجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ أَنْ اللهَ يَغْفِرُ لَهُمْ وَيَرْحَمُهُمْ وَيَنْفَعُنَا بَأَسْرَارِهِمْ وبَرَكَاتِهِمْ.

Bacalah Fatihah kepada hamba hamba Allah yang soleh, ibu bapa kami, mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, moga moga Allah mengampuni mereka dan merahmati mereka dan memberi kita manfaat dengan rahsia rahsia dan barakah mereka.

21. Doa Penutup

Sebagai penutup, dzikir ini kemudian ditutup dengan doa penghabisan yang lafadznya demikian:

اَلْحَمْدُ اللهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وأَهْلِ بَيْتِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ بِحَقِّ الْفَتِحَةِ الْمُعَظَّمَةِ وَالسَّبْعِ الْمَثَانِيْ أَنْ تَفْتَحْ لَنَا بِكُلِّ خَيْر، وَأَنْ تَتَفَضَّلَ عَلَيْنَا بِكُلِّ خَيْر، وَأَنْ تَجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ الْخَيْر، وَأَنْ تُعَامِلُنَا يَا مَوْلاَنَا مُعَامَلَتَكَ لأَهْلِ الْخَيْر، وَأَنْ تَحْفَظَنَا فِي أَدْيَانِنَا وَأَنْفُسِنَا وَأَوْلاَدِنَا وَأَصْحَابِنَا وَأَحْبَابِنَا مِنْ كُلِّ مِحْنَةٍ وَبُؤْسٍ وَضِيْر إِنَّكَ وَلِيٌّ كُلِّ خَيْر وَمُتَفَضَّلٌ بِكُلِّ خَيْر وَمُعْطٍ لِكُلِّ خَيْر يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن.

Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam, segala puji pujian bagi-Nya atas penambahan nikmat-Nya kepada kami, moga moga Allah mencucurkan selawat dan kesehahteraan ke atas Penghulu kami Muhammad, ahli keluarga dan sahabat-sahabat baginda. Wahai Tuhan, kami memohon dengan haq benarnya) surah fatihah yang Agung, yaitu tujuh ayat yang selalu di ulang-ulang, bukakan untuk kami segala perkara kebaikan dan kurniakanlah kepada kami segala kebaikan, jadikanlah kami dari golongan insan yang baik; dan peliharakanlah kami Ya tuhan kami. sepertimana Kamu memelihara hamba-hambaMu yang baik, lindungilah agama kami, diri kami, anak anak kami, sahabat-sahabat kami, serta semua yang kami sayangi dari segala kesengsaraan, kesedihan, dan kemudharatan. Sesungguhnya Engkaulah Maha Pelindung dari seluruh kebaikan dan Engkaulah yang mengurniakan seluruh kebaikan dan memberi kepada sesiapa saja kebaikan dan Engkaulah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Amin Ya Rabbal Alamin.

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْـأَلُكَ رِضَـاكَ وَالْجَنَّـةَ وَنَـعُوْذُ بِكَ مِنْ سَـخَطِكَ وَالنَّـارِ

Ya Allah, sesungguhnya kami memohon keredhaan dan syurga-Mu; dan kami memohon perlindungan-Mu dari kemarahan-Mu dan api neraka.

Dari Anas ibn Malik radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Siapa memohon kepada Allah untuk surga tiga kali, Surga akan berkata, “Ya Allah bawalah dia ke dalam syurga;” dan jikalau ia memohon perlindungan dari api neraka tiga kali, lalu neraka pun akan berkata, “Ya Allah berilah dia perlindungan dari neraka.”HR Tirmizi dan An-Nasa’i)

Penutup

Rangkaian lafadz ini adalah susunan manusia biasa, bukan dari Rasulullah SAW. Namun sumber-sumbernya berasal dari ayat Quran, serta hadits-hadits yang umumnya dikatakan maqbul atau bisa diterima, bahwa memang Rasulullah SAW mengajarkannya.

Sebagian kalangan yang 'anti dzikir' atau 'anti ratib' berargumen bahwa Rasulullah SAW tidak mengajarkan rangkaian dzikir seperti ini, sehingga kalau tidak ada ketetapan yang langsung dari diri beliau SAW sendiri, kita tidak boleh mengarang sendiri. Termasuk mengarang rangkaiannya bacaannya, sehingga kalau mau dzikir, ya dzikir saja tanpa harus dirangkai-rangkai menjadi sebuah ritual tersendiri.

Sikap kita kalau bertemu kedua kutub ini tentu harus lebih dewasa. Kita tidak mungkin menyalahkan salah satunya, juga tidak mungkin juga ikut membuat suasana menjadi semakin panas.

Yang perlu kita pahami adalah bahwa keberagaman dalam menjalankan agama ini sudah ada sejak zaman para shahabat nabi. Ada shahabat yang cenderung menjalankan agama secara apa adanya, tanpa melihat latar belakangnya, pokoknya begitu ya begitu. Tapi ada juga para shahabat yang selalu memandang sesuatu sesuai pokok persoalan dan keadannya.

Jadi kalau para shahabat nabi saja di masa lalu sudah agak beragam cara pandangnya, masak sih kita hari ini tidak boleh melakukannya? Bukankah para shahabat itu sebagiannya juga dijamin masuk surga?

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

Jadwal Pengajian Malam Kamis